By: Puspa Geni
Ufuk barat telah tampakkan semburat senja
Siramkan cahaya redup pada tubuh lelaki di tepi jalan
Seolah membelai lembut hati yang luka
Sosok lelaki termangu di tepi jalan raya
Bibirnya bergerak pelan
Berbicara dalam hening
“Aku menunggumu”
Bisiknya pada angin yang bersiul lembut padanya
Lelaki itu berjalan gontai di tepi jalan raya
Bagaikan hampa telah merenggut nyawanya
Tubuhnya kurus
Tatapannya layu
Duka adalah sahabat sejati untuknya
“Aku menantimu”
Ujarnya pada langit yang menua
Lelaki itu menghentikan langkahnya di tepi jalan
Menatapi sesiapa yang melewatinya
Berharap sosok yang dinanti ditemukannya
“Sampai kapanpun aku kan menantimu”,
Sang lelaki berjalan gontai menyusuri jalan raya
Hatinya hilang ditelan kota metropolitan
Direnggut paksa dari gadis yang luluhkan jiwanya
“Meski berarti menunggumu hingga akhir hidupku”
Senja demi senja
Ia menanti sang gadis kembali
Namun, ia tak pernah tahu
sang gadis telah pergi tuk selama-lamanya